Novel - Hallo December bagian 1
Kenangan Desember
Bagian
1
Sudah
bertahun-tahun lamanya bangunan ini di tinggalkan oleh pemiliknya. Tiada
satupun orang yang berkunjung di sana. Kecuali sepasang kaki kecil yang masih bertahan di sana. Sosok itu sedang
melamun di ujung bangunan yang tampak hampir roboh. Kulitnya yang mengendur
tampak terlihat lebih tua. Namun dia masih dapat tersenyum gembira melihat
sebuah sesuatu yang ada di telapak tangannya. Sebuah kalung liontin indah
terjuntai ke bawah dengan bertuliskan nama seseorang. Dia masih ingat
betul tentang liontin itu.
“Bapak!”
. Teriakan seorang anak kecil menyambutnya dari belakang. Ingatannya tak lagi
memikirkan kalung liontin itu. Pandangan di alihkannya pada anak kecil yang
memanggil namanya.
“Kamu
kenapa ikut ke sini?”. Terlihat akrab percakapan di antara mereka seakan mereka
sudah saling mengenal antara satu sama lain. Tak disangka anak itu mengikutinya
sampai kesini. Dia tuntun anak itu kembali pulang bersamanya. Di lihat kembali
bangunan-bangunan tua itu saat dia hendak meninggalkan bangunan tua itu. Tetapi
anak kecil itu rewel agar ia cepat di belikkan mobil-mobilan hotwhelss yang ada di mall. Mobil sport merk BMW meninggalkan
bangunan tua itu.
Di tengah perjalanan sore saat setelah
pulang dari mall, Dia tidak percaya
dengan apa yang di lihatnya. Ternyata perempuan itu membuangnya di sini.
Halusinasinya menerawang kembali saat masa muda. Fokus pikirannya hilang
kendali sehingga kendaraan yang ia bawa hampir menabrak pembatas jalan. Pedal
gas di lepas dan menginjak rem secara
spontan dia lakukan agar tidak bahaya nantinya. Anak kecil yang duduk di
sampingnya terbangun dari tidurnya karena hentakan mobil yang di bawa oleh
lelaki itu. Mobil kembali melaju dengan
perlahan menuju arah kota.
Perempuan
yang memakai celemek biru seperti seorang koki yang handal sedang menunggu
kedatangan anak dan suaminya di meja makan keluarga. Sudah berjam-jam lamanya
perempuan itu menunggu kedatangan mereka tapi yang di tunggu tak kunjung tiba.
Semua makanan tampaknya sudah di persiapkannya sejak ba’da Ashar tadi. Tampak
sangat lengkap dengan cemilan penutupnya dan juga hidangan-hidangan manisnya.
Tak terlupa juga tempe goreng kesukaan suaminya. Entah kenapa suaminya
menggemari tempe goreng sejak mereka saat berpacaran.
Teeennnnn...tennnn.
Bunyi klakson mobil masuk pintu gerbang. Sontak kecemasan perempuan itu berubah
menjadi riang gembira. Dia dengan sangat cepat menghampiri pintu depan menunggu
orang yang telah di nanti-nantinya.
Dua
pasang kaki turun dari mobil dan menapaki tanah halaman rumah. Di lihatnya
sosok seorang wanita sedang berdiri tersenyum di dekat pintu menunggu
kehadirannya. Laki-laki yang mengenakan Jas hitam dan rompi putih itu
menghampirinya. Anak kecil yang di belakangnya juga turut mengikuti langkahnya
dari belakang. “Kok lama sekali sih ?” . tegur wanita yang ada di hadapannya
itu. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut lelaki itu. Namun dia hanya
menjawabnya dengan satu senyuman. Dia juga mengelus-ngelus perlahan rambut
wanita itu agar dia tidak marah lagi. Anak kecil yang mengikuti langkahnya dari
belakang tadi langsung naik ke kamarnya yang ada di lantai dua untuk melihat
kotak mainan yang baru di belinya.
“Ayo
masuk! “ ajak wanita itu kepada pria yang sedari tadi berdiri di hadapannya.
“Hem..wangi
apa ini?” Penciuman lelaki itu tak asing lagi dengan bau makanan ini. Ya, Tempe
goreng. Langkah kakinya tertuju pada arah ruang makan. Di lihatnya meja makan
penuh dengan serba-serbi makanan yang luar biasa sedapnya.
“Apakah
kamu yang memasak semua ini?”.
Perempuan
itu menggangguk gembira. Di lihatnya lelaki itu sangat senang dengan
masakannya. Tak sia-sia hasil kerja kerasnya. Sudah terbayar kontan dengan
melihat tatapan senang lelaki itu yang membuatnya akan lebih tenang dan nyaman
berada di sampingnya. Perempuan itu segera duduk di sebelah lelaki itu.
Tatapannya memandang kembali wajah lelaki itu, dia merasa sangat beruntung
memiliki lelaki yang selalu menghargai kerja kerasnya selama ini. Dia tak
pernah kecewa. Walaupun dia pernah melakukan kesalahan dia tak akan membentak
atau memarahinya. Justru lelaki itu menasehati dengan cara yang lembut sehingga
hatinya kian lama semakin nyaman di dekatnya.
“Dino...
Sini nak! kita makan bersama “ lelaki itu memanggil nama anak kecil itu dengan
keras agar anak kecil itu mendengar perintahnya.
Mereka
makan bersama. Perempuan itu tak banyak bicara mengingat suaminya terlihat
sangat lelah. Dia tak sampai hati menanyai kemana tadi ia pergi. Bicara dengan
nada yang sangat rendah
“Mas,
kamu ke gedung tua itu lagi ya?”
Laki-laki
yang terlihat duduk manis di bangkunya tersedak tiba-tiba ketika perempuan di
sampingnya bertanya hal itu.
“”Maaf
mas. Aku sering kali melihatmu mengunjungi gedung tua itu. Apa ada hal yang
aneh di sana?”
“Tidak
ada”. Laki-laki itu menggelengkan kepala sambil tersenyum di hadapannya.
Selain bercerita-cerita, mereka terlihat
saling bercanda satu sama lain seperti menaruh garam ke minumannya. Mereka
kadang suka jahil tapi tetap dalam kejahilan yang wajar.
Bus
melaju kencang di malam yang sangat dingin. Perempuan berusia 30 tahunan sedang
duduk di belakang bus dengan menggunakan headset
di kepalanya. Terlihat sangat menghayati nada-nada lagu di telepon genggamnya
tapi mata masih terjaga melihat situasi dan kondisi dalam bus yang di
tumpanginya. Tapi tak lama kemudian ia pun tertidur juga.
“Tidak
! kamu tidak mungkin suka padaku. Apa kau tidak sadar diri? Siapa dirimu dan
Siapa diriku. Aku bukanlah selevel denganmu. Pergi kamu sana!” Perempuan itu
mimpi bernostalgia ke masa lalu. Dia teringat kembali pada masa di saat dia
masih duduk di bangku SMA. Mimpi itu berhenti seketika saat mobil bus berhenti
tiba-tiba di tengah perjalanan. Perempuan itu ikut turut terbangun. Kepalanya
masih sempoyongan untuk berdiri jadi dia
putuskan untuk duduk menunggu di bangku saja. Sementara sang sopir turun memeriksa ban mobil yang
bocor.
Suasana
malam sangat sepi sekali di tambah angin malam yang menusuk sampai ke tulang.
Percuma semua kaca dan pintu mobil sudah di tutup rapat tapi tetap saja angin
masih bisa masuk melalui celah-celah kaca bus. Sang sopir juga terlihat belum
selesai mengganti ban. Perempuan itu merasa gelisah karena di dalam bus hanya
ada beberapa penumpang saja, Dua orang perempuan tua di depan dan satu orang
lelaki muda sekali perkiraan berumur 10 tahun. Mungkin dia anak dari salah satu
perempuan tua tersebut.
Tiba-tiba pintu belakang bagian bus terbuka
tiba-tiba dan 4 pemuda bertubuh kekar masuk ke dalam bus tersebut. Tidak tahu
asalnya dari mana tapi wajah mereka terlihat sangat sangar, di tambah lagi pakaian-pakaian
yang mereka kenakan seperti preman, bertato, rambutnya semerawut gak jelas,
bibir di hitam-hitamin seperti kayak pakai arang, hidung dan telinga bertindik,
tentunya mereka bukan orang yang baik-baik di lihat dari tampangnya.
Lelaki
pengendara mobil lamborghini terbangun di tengah mimpinya yang seru melawan
pangeran kodok bertanduk rusa. Entah hewan jenis apa itu, pastinya hewan itu
sangat langka dan tubuhnya sangat besar. Dan sangat di sayangkan Cuma ada dalam
mimpi. Dia mulai teringat dengan kalung liontin itu lagi yang tertinggal di
dasbor mobilnya.Agar istrinya tidak mengetahui, dia berjalan berjinjit-jinjit
keluar dari kamar tidur. “Sayang , mau kemana ? “ Istrinya memanggilnya tapi
mata masih tertutup. “Mungkin dia mengigau”. Pikir lelaki itu. Lantas lelaki
itu jawab dengan suara Meooow....emooooo.
Istrinya kembali tertidur lagi.
Sampai di dalam mobil, di carinya kalung
liontin itu dan ketemu juga akhirnya dengan pencarian yang begitu lama sekitar
seperdelapan menit. Gak tahu harus ia apakan dengan kalung liontin tua yang
sudah nampak berkarat itu. “Apakah harus di buang atau di simpan? “ Dia
bingung. Akhirnya dia menentukan pilihannya dengan teknik menghitung jari
tangan. Buang atau simpan ?. Setelah jari tangannya habis terhitung ternyata
pilihannya adalah di buang. “Ah, tapi tidak mungkin”. Di cobanya sekali lagi di
tambahkan jari kaki juga di hitung. Kan kurang kerjaan yang di lakukan lelaki
tersebut. Akhirnya semua jari sudah terhitung termasuk juga jari kaki. Dan
pilihannya adalah di simpan. “Yes, akhirnya apa yang aku harapkan terpilih
juga”. Tapi dia bosan di dalam mobil mau ngapain. Akhirnya dia putuskan untuk
berjalan-jalan menggunakan mobil mengitari kota di kala malam.
“Pak
! cepetan dong mengganti ban mobilnya”. Teriak perempuan itu sambil melihat
keluar dari balik kaca yang di lakukan sang sopir itu.
Empat
pemuda berbadan kekar itu langsung menuju perempuan yang berteriak tadi.
Perempuan itu ketakutan setengah mati , keringat dingin mengucur di pelipis
matanya. Di perhatikan satu demi satu postur tubuh empat pemuda itu dari atas
sampai bawah.
“Gue
gak mungkin bisa menang melawan empat pemuda itu walaupun gua udah pakai ilmu
sendal jepit yang sempat di pelajari kemarin”kata perempuan itu yang masih
duduk tercengang melihat empat pemuda yang berdiri di depannya. Tapi setelah di
perhatikan lebih seksama , perempuan itu melihat tanda tatto yang tertempel di
lengan kiri empat pemuda itu begitu aneh. HELLO KITTY. Apakah ini yang di sebut
orang-orang sebagai HELLO FOUR KITTY. Di
katakan mereka sangat bengis dan tidak segan-segan akan membunuh siapa saja
yang di tawannya.
Malam
itu sangatlah mengerikan bagi penumpang-penumpang di dalam bus tersebut. Harta
benda mereka semua di rampas oleh empat pemuda itu. Si sopir yang katanya akan
menggati ban ternyata dia sedang tertidur pulas di kolong bus dan tak mendengar
kejadian itu sedikitpun. Perempuan yang tadinya teriak mencoba melawan ,dia di
tarik keluar dari dalam bus.
Saat
perempuan itu akan di bawa oleh empat pemuda itu tiba-tiba sebuah mobil
lamborghini mewah berhenti di depan empat pemuda tersebut. “Hei . siapa kamu ?
kalau berani keluar dari mobil” kata pemuda yang bertindik di hidung.
Seorang
pemuda jelek tapi kelihatan kaya yang memakai jas itu terlihat wibawa sekali.
Perempuan yang sedang di tawan itu melihat langsung rupa pemuda itu. Di
perhatikannya dari ujung rambut hingga ujung kaki ternyata dia pakai sendal
jepit. Pakainnya berjas dan memakai kacamata hitam serta celana hitam terlihat
sangat keren dan ternyata sendalnya pakai sendal jepit. Mungkin ini pemuda dari
daratan Cina yang sudah lama tinggal di papua. Ya begini jadinya, ada proses
Akulturasi dalam dirinya.
“Hei
kalian empat pemuda jadi-jadian. Ngapain kalian tawan perempuan tidak bersalah
itu”. Kata pemuda yang gak jelas itu.
Tapi
anehnya mengapa dia mengatakan orang yang menawan perempuan itu sebagai pemuda
jadi-jadian. Padahal tubuh mereka kekar dan berotot serta bertato.
“kalau
berani kalian lawan gue. Jangan beraninya dengan wanita.” Remeh pemuda gak
jelas itu.
“
Emang loe berani sama kita-kita berempat? “ Tanya salah satu dari mereka
“Gue
gak berani adu fisik tapi berani bayar tuh perempuan” jawab sepele pemuda itu.
“Berani
bayar berapa loe?” gertak laki-laki bertato paling banyak.
“Seribu”
Singkat jawab pemuda itu
“Lha.
Seribu. Buat apa sama kita-kita. Beli es tung-tung aja gak cukup” remeh laki-laki bertubuh kekar kemayu.
“Dollar
men, bukan rupiah” Remeh pemuda aneh tersebut
“Wah
kalau itu ya mau dong. Mana ?” Kata laki-laki bertindik.
“Sebentar.
Ada di dalam mobil” Kata pemuda aneh itu.
Sekejap
kemudian pemuda gak jelas itu sudah keluar dengan membawa mesin gergaji di
tangannya.
“Inilah
yang di sebut seribu dollar. Tangan kalian bisa kalian asuransikan di AS dan
bisa dapat asuransi $1000”.
Jreennggg...jrengg. Pemuda itu siap memotong tangan HELLO FOUR
KITTY.
HELLO FOUR KITTY itu langsung melepaskan
tangan perempuan itu dan meminta maaf kepada pemuda itu.
“Maafin
kita deh bang. Kita-kita gak bakal gini lagi deh. Eike lagi butuh duit bang.
Eike cari kerja di lampu merah gak pernah dapat” kata laki-laki ketiga
“Eike
juga lah bang” kata laki-laki pertama pemimpin geng tersebut.
“Apalagi
Eike” kata laki-laki kedua .
“Kalau
Eike bosen lah di rumah bang. Setiap hari kena marah mamak eike terus. Di suruh
nyangkul sawah, kan eike gak mau. Bukan hobi eike lah”. Kata laki-laki ketiga.
“Terus
hobi loe apa ?” tanya perempuan yang di tawannya tadi.
“Hobi
eike dandan cin” sambung laki-laki ketiga.
Tiga
laki-laki kekar itu akhirnya melepaskan perempuan yang sok banget itu. Tanpa
pikir panjang lebar, Tiga laki-laki itu langsung lari kocar-kacir meninggalkan
tempat tersebut.
“Lari bok ! Eike takut lah” menenteng
sandal.
Lepas
dari terkaman singa masuk ke kandang harimau. Begitulah kata pepatah yang saat
ini dialami oleh perempuan tersebut. Dia bertemu dengan Pemuda yang tidak
terlalu ganteng namun kelihatan baik. Dia memakai jas hitam tapi menggunakan
sandal jepit. Hanya kendaraannya terlihat sangat mewah. Selama seperempat menit
mereka bertatapan. Seperti pernah mengenal namun tak satupun dari mereka yang
berbicara. Hal ini membuat pemuda aneh itu kesal.
“Yaudah
kalau kamu tidak apa-apa. Yang terpenting kamu selamat dari geng HELLO FOUR
KITTY itu”. Cetus pemuda itu sambil berjalan ke arah mobilnya.
“Eh
tunggu!” kata perempuan itu bermaksud meminta tolong.
“Apa
lagi ? “ sahut pemuda aneh itu dari balik kaca mobilnya yang terbuka.
“Aku
minta tolong kamu untuk cari kost terdekat di daerah sini”. Pinta perempuan
itu.
“Ah,
sudahlah. Aku tidak mau tahu”. Pergi meninggalkan tempat itu.
Perempuan
itu kecewa dengan jawaban yang di lontarkan pemuda aneh itu. Kira-kira jarak 20
meter melaju mobil itu berbalik mundur ke arah permpuan itu.
“Oh
iya aku lupa. Aku butuh pembatu rumah tangga”. Senyum meringas lelaki itu
membuat perempuan itu semakin kesal.
“Aku
tidak mau” Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan pipinya yang sengaja di
kembungkannya.
“Yakin
tak mau ? “ Lelaki itu meyakinkan perempuan itu sambil sedikit mengeluarkan
kepalanya dari kaca mobil.
“Kamu
bisa tinggal di rumah mewah loh” iming-iming lelaki itu agar perempuan itu mau
jadi pembantunya.
Tergiur
dengan perkataan si lelaki aneh itu , perempuan itu menganggukkan kepalanya
tanda menerima persetujuan itu.
Dibukakannya
pintu mobil oleh lelaki aneh itu dan perempuan itu masuk melalui pintu samping
kanan mobil mewah itu. Dia duduk tepat di samping lelaki aneh itu. Padahal
rasanya ia sedikit jijik dengan tingkah aneh lelaki itu. Namun mau bagaimana
lagi dia gak tau harus kemana lagi di tengah malam yang sangat dingin sekali ini.
Perbincangan
di mulai pada lelaki aneh itu yang bertanya kepada perempuan itu tentang nama
dan asalnya. Namun perempuan itu hanya diam dan tidak menjawab satupun
pertanyaan yang di lontarkan oleh lelaki aneh itu.
Sampailah
mereka pada sebuah rumah mewah yang sangat megah bagaikan istana. Pintu gerbang
pagar terbuka dengan automatis. Mata perempuan itu terbelalak melihat seluruh
isi halaman depan rumah lelaki aneh itu.
“Tak
kusangka lelaki dengan tampilan serba aneh dan cukup sederhana itu ternyata
hidup bergelimang harta” Pikir perempuan itu.
“Ayo
kita masuk. kamu akan aku perkenalkan istri dan anak ku”. Ajak lelaki aneh itu
sembari meletakkan sandal jepit ke rak sepatu.
Mata
perempuan itu masih meyoroti seluruh ruangan teras di depan rumah. Seakan tak percaya
dia akan tinggal di rumah yang sangat megah ini.
Ternyata
istri dan anak dari lelaki aneh itu masih terlelap tidur di kamarnya. Jadi ia
menunda memperkenalkan perempuan yang akan jadi pembantu itu kepada istrinya.
“Aku
ngantuk ini. Sekarang di mana kamarnya?” Tanya perempuan itu dengan lantang
kepada laki-laki berjas hitam dengan celana pendek yang berdiri di hadapannya.
“Sabar
bisa gak !” Sedikit marah namun laki-laki itu menurunkan nada suaranya agar
tidak menggangu anak dan sitrinya yang sedang tidur.
“ayo
ikut aku” ajak lelaki itu ke sebuah kamar yang luasnya 7x8 m dengan tempat
tidur yang nyaman, ber-AC, ada lemari kulkas, ada lemari pakaian, ada kaca rias, dan ada kamar mandi di
dalamnya.
Perempuan
itu sangat terkejut. “kok bisa kamar tidur pembantu rumah tangga semewah ini?”
Dia masih bingung dan bertanya-tanya dalam pikirnya.
“Sudahlah
jangan banyak tanya . Cepat tidur! Besok sudah mulai bekerja. Tapi sebelum itu
kamu perkenalan dengan istri dan anakku terlebih dahulu. Oke!” Pintu kamar di tutup
lelaki aneh itu secara perlahan.
Tiba-tiba
pintu kamar terbuka lagi. Ternyata laki-laki itu ingin tanya ”Nama kamu siapa?
biar aku enak memanggilmu dan gak perlu memanggil bibi keluarga kami ”.
“Nama
lengkapku Maysaroh Tri sadiva dan
panggil aja saroh”. Jawab perempuan
itu perlahan karena dia sudah mulai mengantuk.
“Namaku
Jeje Pawingkara Ngasem dan kamu bisa
panggil aku pak Jepang”. Senyum lelaki itu menjelaskan namanya.
“Ngomong-ngomong
wajah kamu cantik kok nama kamu ....” pembicaraan terpotong.
“Apa!
Kamu mau ini!” Perempuan itu mengeluarkan tangan bogem siap memukul.
“Galak bener. Sudahlah kalau begitu. Tutup
pintu kamar lu sendiri aja dah”. Laki-laki itu pergi meninggalkan kamar itu dan
kembali tidur di ruang TV.
Esok
paginya, Maysaroh bergegas ke dapur untuk melaksanakan pekerjaannya. Namun saat
dia membuka pintu kamarnya dia terkejut melihat lantai yang penuh dengan darah
berceceran di lantai. Darah itu mengarah pada sebuah kamar dengan pintu yang
sedikit terbuka. Perasaan merinding dan takut berkecamuk menjadi satu. Dari
luar kamar itu terlihat begitu gelap, hanya pantulan cahaya dari luar yang
sedikit masuk menerangi ke dalam kamar tersebut, Langkahnya terhenti saat dia
menemukan sebuah lonceng mainan yang penuh darah. Dia tak tahu itu milik siapa.
Langkahnya di lanjutkan kembali menuju dalam kamar tersebut. Gagang pintu kamar
di bukanya perlahan-lahan. Dan dia masuk ke dalam kamar dengan sangat waspada.
Suasana kamar itu sangat dingin dan gelap sekali sehingga dia sulit melihat
apa-apa yang ada di dalamnya. Seketika itu matanya tertuju pada bayangan
seseorang yang sedang memegang pisau di tangannya. Napasnya terengah-engah dan
spontan dia membalikkan badan ingin keluar dari kamar tersebut. Namun yang
terjadi adalah pintu itu tertutup dengan sendirinya. Dia gak tahu harus
mengatakan apalagi. Dan di hatinya dia hanya mengucapkan lantunan Istighfar dan
menyebut nama Tuhannya. Bukannya semakin jauh, malahan bayangan itu semakin
mendekatinya.
TIBA-TIBA........
Tarraaaaaa.......! Tiba-tiba lampu di dalam kamar itu menyala.
Di
lihatnya Pak Jepang yang memegang pisau tadi siap memotong kue ulang tahun buat
maysaroh. Kue ulang tahun yang tepat berada di depan Maysaroh siap di potong
oleh Pak Jepang. Selain itu, maysaroh juga melihat istri dan anak Pak Jepang
yang bertugas mematikan dan menghidupkan lampu dan AC. Maka dari itu suasana
yang awalnya tadi panas menjadi dingin itu adalah kerjaan mereka. Sedangkan
bayangan seseorang tersebut adalah Pak Jepang sendiri. Dan yang bertugas
menutup pintu tiba-tiba adalah sopir pribadi istri Pak Jepang.
Maysaroh
berpikir kalau itu kejadian pembunuhan. Dia tidak melihat siapapun dan ada apa
saja di dalam ruangan itu karena di dalam ruangan itu sangat gelap yang
membuatnya semakin takut.
“Kejutan
! “ mereka sorak-sorai bergembira.
“Maksudnya
ini apa?” Gadis itu kaget melihat orang-orang yang ada di dalam.
“Yap.
Seperti biasanya. Kami selalu memberikan kejutan aneh kepada pembantu rumah
tangga baru kami”. Jawab Pak Jepang penuh wibawa.
“Dan
kamu adalah pembantu kami yang ke-12” Cetus Bu jepang memperjelas.
“Ibaratnya
, kakak lagi di lantik Ibu dan Bapak” Sambung si anak yang ikut-ikutan nyeloteh
gak jelas.
“Hussh
. kamu diam aja” Kata Bu Jepang memberi nasihat.
Setelah
perdebatan keluarga yang gak jelas itu selesai. Kemudian Maysaroh melanjutkan
pembicaraannya.
“Pembantu
yang sebelumnya pada kemana? Kok gak kelihatan?” Matanya menyoroti seluruh
ruangan.
“Pada
gagal tes semua, kak” Jawab Dino spontan.
“Hush...
kamu diam aja Dino! , ini pembicaraan Ibu dan Bapak. Sana pergi main! “ Bu
Jepang menasehati anaknya lagi.
Maysaroh
hanya melihat keanehan keluarga kecil itu. Dino keluar ruangan dan tinggallah Pak Jepang,
Bu Jepang dan Maysaroh di dalam ruangan.
Pembicaraan
mereka bertiga sangat seru sekali. Terlihat sangat akrab mereka bertiga.
“Kamu
sudah paham?” Tanya Pak Jepang memastikan.
“Gak”
Jawab maysaroh
Bu
Jepang hanya menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian Bu Jepang mengeluarkan
sebuah kertas berwarna putih kemudian diberikan kepada maysaroh.
“Kamu
tahu ini gambar apa ? “ Tanya Bu Jepang
“Gak
ada gambarnya, Bu” Jawab maysaroh dengan polos.
Pak
Jepang mulai bergantian menggeleng-gelengkan kepala.
“
Kenapa semua pada menggeleng-gelengkan kepala ? Pak Jepang yang belum menjelasi
apa-apa bertanya kepada ku. Apakah kamu sudah paham? Padahal belum menjelasin
apa-apa.Kemudian Bu Jepang geleng-geleng Kepala. Saat Bu Jepang memberikan
kertas putih kosong dan memberikan pertanyaan. Ini gambar apa? Saya bilang gak
ada gambarnya. Eh, malah Pak Jepang yang bergantian geleng-geleng kepala. Apa
salah saya di mata kalian?” Jawab maysaroh dengan lirih.
“Kamu
gak salah kok sayang. Cuma kamu kurang cerdas dan pintar”. Jawab Bu Jepang
menenangkan dan memeluk maysaroh erat.
“Alasannya?”
Gadis itu mulai bingung.
Sambung
Pak Jepang ” Kamu tahu kekayaan kami ini dari mana ?”
“Dari
dulu, Pak” jawab gadis itu .
“Terus,
kamu dari mana sayang ?” Tanya Bu Jepang ingin tahu.
“
Dari tadi , Bu”. Jawab perempuan itu.
Pasutri
itu hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban gadis itu.
“Sepertinya
dia mulai terkena infeksi virus keluarga kita” Bisik Bu Jepang kepada Pak
Jepang.
Pak
Jepang melanjutkan pembicaraan singkatnya.
“
Kami bisa sekaya-raya ini karena kami bisa berimajinasi tinggi yang jarang
orang menggunakan imajinasinya. Albert einsten mengatakan Orang yang berpikir dengan logika akan kalah dengan orang yang berpikir
dengan imajinasi” Pak Jepang berhenti sejenak meneguk kopi putih merk hewan
yang berada di samping meja duduk sofanya.
“
Dan kami memberikan tes kepada mu dengan aku bertanya Apakah kamu sudah paham ? Padahal aku belum menjelaskan apa-apa
kepada mu. Supaya apa ? Supaya kamu mampu berpikir dengan imajinasi mu”.
Dua
perempuan itu hanya tertegun melihat pria yang duduk di depannya. Pria yang
selalu memakai Jas hitam, Baju kemeja di sertai dasi yang panjang dan satu lagi
tak lupa celana pendek dgn hiasan sandal jepit yang ada di kakinya. Memang
terlihat begitu aneh. Namun dia adalah motivator yang paling terkenal dalam
lingkup desanya saja.
“
Mah, minta kopi lagi dong. Kopinya habis. Aku haus ,mah. Tolong ya.
Pembicaraannya tanggung ini”. Pinta Pak Jepang kepada Bu Jepang agar
permintaannya di turuti.
“Break sebentar ya. Kita makan cemilan dulu.” Ajak
Pak Jepang.
Bu
Jepang kemudian membawa secangkir kopi dengan gula yang terpisah.
“
Ini, Pah. Kopinya sudah datang”
“
Tolong , letakkan di meja ya sayang” Senyum manis Pak Jepang berseri-seri
kepada Bu Jepang.
Pak
Jepang lanjut bicara.
“
Pertanyaan kedua tentang ini gambar apa?
Padahal tidak ada gambar sama sekali dan kertas itu sama sekali kosong.
Harusnya kamu mampu berpikir secara imajinasi mu bukan dengan logikamu.” Pak
Jepang bernasihat panjang kepada Perempuan itu.
“Ini
ada kopi buat kamu , May. Silahkan di minum. “
“
Loh. Kopinya bukankah buat bapak?” Tanya Maysaroh bingung.
“
Bukan. Itu buat kamu”. Senyum Pak Jepang.
“Terimakasih
, Pak”. Perempuan itu menerimanya.
Karena
sangat begitu haus dan kue ulang tahun yang ada di depan belum di makan .
Maysaroh melahap kue ulang tahun itu terlebih dahulu sebelum minum tetapi tidak
dengan sepiring-piringnya.
Selesai
makan, Kopi pun di teguk perlahan-lahan oleh perempuan cantik itu.
“Kok Pahit?”
Ekspresi perempuan itu spontan berubah.
Melihat
kejadian itu Pak Jepang tersenyum-senyum melihat ekspresi Maysaroh. Tingkahnya
membuat ia tersenyum.
“Kamu
gitu aja sudah bilang pahit. Tambahi gula sedikit saroh”. Perintah Pak Jepang.
Saroh
segera menambahkan gula dan meminumnya kembali.
“Gimana
rasanya?” Tanya Pak Jepang.
“Emmm.
Terasa sempurna Pak. Ada rasa manis dan rasa pahitnya. Tidak terlalu pahit dan
tidak terlalu manis”. Cetus Saroh yang
kala itu sedang menyeruput secangkir kopi di tangannya.
“Apa
yang dapat kamu pelajari ?” Pak Jepang bertanya kembali.
Saroh
balik bertanya “ Kok Bapak sepertinya banyak tanya. Bukankah Bapak sendiri
sudah tahu?”
Saroh
mulai jengkel dengan sikap majikannya yang banyak tanya dan serba misteri
begitu.
Pak
Jepang menjawab dengan nada datar “ Supaya kau tahu bagaimana rasanya kehidupan
ini, bukan hanya manis saja yang kita ambil tapi juga rasakan pahitnya. Tidakkah kau bayangkan filosofi
kopi ini begitu terasa pada kehidupan kita?”
Saroh
hanya mengangguk. Tatapan matanya begitu tajam menyorot mata Pak Jepang yang
sedang menuturkan penjelasannya. Secangkir kopi yang ada di tangannya berhenti
seketika mendengar kata itu di telinganya. Seakan tak percaya ternyata di balik
kebodohan Pak Jepang , dia juga seorang motivator.
Tak berselang lama , anaknya Pak Jepang,
Dino, Datang menghampiri mereka bertiga dan menunjukkan sesuatu di tangannya. Sebuah kalung liontin yang ia temukan di
dasbor mobil. Pak Jepang kaget melihat hal itu , dan langsung merampas kalung
itu dari tangan Dino, Anaknya. Namun semua sudah terlanjur , Tiga pasang mata
sudah melihat hal itu termasuk Saroh dan Istri dari Pak Jepang. Apa
yang terjadi selanjutnya ? Tunggu cerita berikutnya.
Bersambung.......
Andaikan
AKU
SEORANG TERPELAJAR
Bagian- 2
S
|
eiring
berjalannya waktu, sampailah pada tempat tujuan kami yaitu di Spanyol. Kota
yang dengan jumlah penduduknya terbilang cukup tinggi ini merupakan kota
perdagangan. Dimana banyak sekali beraneka macam barang dagangan dan
kebutuhan-kebutuhan pokok yang di perjual-belikan secara bebas, baik barang
ekspor maupun barang impor.
Ketika
sampai di sebuah pasar, kami turun dari punuk unta dan menuntunnya melewati
pasar yang penuh dengan desak-desakan antara penjual dan pembeli yang saling
berinteraksi tawar menawar untuk mendapatkan harga yang sesuai. Tak luput dari
pandanganku dari semua pedagang-pedagang yang sedang memperjual-belikan barang
dagangannya kepada pembeli. Satu di antara pedagang tersebut, ada seorang gadis
berjilbab. Di lihat dari paras wajahnya , gadis itu sepertinya keturunan
arab-spanyol. Namun perjalanan kami tak berhenti di pasar itu , kami hanya sekedar membeli kebutuhan makanan
saja. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju tempat istirahat terdekat seperti masjid.
Di tengah perjalanan, aku masih
memikirkan paras gadis yang ku temui
tadi. Dengan berperawakan tubuhnya yang tinggi di balut dengan pakaian syari’i
menambahkan kekaguman ku pada gadis tersebut. Mungkin ia seumuran dengan ku.
Tapi itu hanya angan-angan belaka untuk menemui dan menanyakan namanya. Karena
tidak mungkin ia mau berkenalan dengan orang seperti ku. Hitam, kurus,
keriting, dan pendek.Fisik ku tak sebanding dengan fisik tubuhnya.
D
|
i
terik yang cukup panas di sebuah pasar, Seorang gadis berbalut pakaian syar’i
sedang menjual barang dagangannya kepada pembeli. Tapi tidak ada satupun
pembeli yang membeli dagangannya.
Sedikit rasa kecewa dan kesal namun gadis itu tetap bersabar.
Hari semakin sore, tapi tak satupun
juga ada pembeli yang membeli barang daganganya. Harus makan apakah
adik-adiknya nanti. Ayah dan ibunya sudah dua bulan lalu meninggal dunia. Dan
sekarang ia mengurus kedua adiknya yang masih balita. Dengan cara menjual
barang dagangan berupa kain sorban, sajadah, peci , baju gamis, dan
perlengkapan islami lainnya gadis itu dapat menghidupi adik-adiknya. Gadis itu reseller nya dari arab saudi yang
menjual barang dagangan dari Arab Saudi untuk di jual kembali di Spanyol dengan
harga yang cukup tinggi. Ia mempunyai pandangan bahwa banyak umat islam yang
ada di Spanyol ini, mungkin 25% dari seluruh penduduk spanyol adalah umat
islam. Dimana ia akan meraup keuntungan yang lumayan besar dari hasil penjualan
ini. Tapi sayang, hari ini tidak ada satupun orang yang membeli
dagangannya. Di liputi rasa kesal ,
sedih dan kecewa namun ia tetap sabar hingga menjelang petang.
D
|
i gubuk tua yang sangat kecil, Dua
orang bersaudara menunggu kedatangan kakaknya yang tak kunjung kembali pulang.
“Bang, Kakak mana? Kok gak pulang-pulang ya?” tanya anak yang paling kecil.
Sang Abang menjawab “ Bentar lagi kakak pulang. Sabar ya ,dik”.
Dua orang bersaudara itu sangat
kelaparan karena dari pagi belum makan. Mereka sedang menunggu kepulangan kakaknya
dari pasar berharap membawa makanan yang banyak dari pasar. Sang adik paling
kecil menangis terisak-isak karena perutnya keroncongan. Ibu dan ayah mereka
sudah lama meninggal. Mereka hanya hidup bertiga dengan kakak mereka yang
paling besar sebagai tulang punggung mereka. Mereka tidak bersekolah karena
kebutuhan ekonomi mereka hanya cukup untuk biaya makanan sehari-hari saja.
Tiba-tiba , pintu depan rumah
mereka terbuka dan muncul suara seorang gadis perempuan remaja “Kakak pulang !
“ teriakan itu membuat dua orang bersaudara penghuni rumah itu menjadi riang
ceria lagi. Mereka tak sabar. Makanan apa yang di bawa oleh kakaknya dari
pasar.
“Kok kakak lama kali pulangnya? Gak
biasanya jam segini baru pulang ? “ tanya adik yang paling besar khawatir terhadap
kakaknya.
“Tadi belum ada satupun pembeli
yang membeli barang dagangan kakak, dik”. Jawab kakaknya sambil berjalan menuju
dapur untuk mengambil perlengkapan makan.
Serasa puas dengan jawaban yang di
luncurkan kakaknya , dia berhenti bertanya dan duduk bersila mengitari hidangan
makanan yang tidak terlalu banyak namun cukup untuk sampai besok. Mereka makan
dengan sangat lahap tetapi sang kakak hanya melihat adik-adiknya makan dengan
lahap sekali. Ada hal yang membuatnya senang dan ada juga hal yang membuatnya
ikut bersedih. Dia senang bisa melihat
adik-adiknya makan dengan kenyang dan ia juga sedih melihat kondisi kehidupan
adik-adiknya yang ikut menderita dengan makan seadanya.
“Kakak kok gak makan ? entar
makanannya habis di makan banteng loh? “ Adik paling kecil menawarkan sepotong
roti kepada kakaknya.
“Kakak udah makan kok dik. Tadi di
pasar kakak sudah habis makan roti se-pabrik-pabriknya”. Candaan kakak membuat
kedua adiknya tertawa terbahak-bahak menahan lelucon sang kakak.
Namun sang adik tak terpengaruh
dengan apa yang di katakan kakaknya.
“Sini kak aku sulangi. Ngaakkk ! “
Adik menyulangi kakaknya dengan penuh kasih sayang.
Terlihat mereka bertiga hidup
dengan rukun dan tentram serta penuh kasih sayang. Walaupun kehidupan mereka
bertiga di liputi krisis ekonomi yang sangat rendah sekali namun mereka tetap
selalu bahagia. Hidup sederhana itu lebih
baik dari pada hidup sangat kaya tetapi penuh masalah.
Akhirnya keempat orang musafir dan
sang anak itu sampai juga pada sebuah pondokan kecil yang cukup untuk
beristirahat 5 orang. Mereka berempat
lupa untuk membelikan pakaian seperti orang musafir kepada anak yang di bawa
oleh mereka. Dia hanya memakai pakaian biasa yang sudah terlihat usang dan tak
layak pakai lagi. Akhirnya salah satu bendahara mereka kembali masuk ke pasar
untuk mencarikan pakaian muslim untuk anak itu lengkap dengan tutupan
kepala dan sorban putih.
Hari menjelang malam , akhirnya
orang yang di tunggu pulang juga dengan membawa pakaian yang di pesankan.
“Asik. Aku dapat baju baru. Aku dapat baju baru. Hore ! “ Anak itu sangat riang
sekali sehingga membuat empat orang musafir lainnya menjadi tersenyum geli
melihat tingkah anak itu.
“Sekarang kau adalah bagian dari
kelompok kami. Selamat kepadamu. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk
kehidupan mu di masa depan”. Sang ketua kelompok menyerahkan seluruh pakaian
dan perlengkapan musafir kepada anak itu.
Anak itu memakainya. Satu demi satu
pakaian sudah menempel di tubuhnya dan resmi lah anak itu menjadi kaum musafir.
“ Dik , kau cocok dengan pakaian
itu”. Kata Paman Handez Ranjiv.
“Apanya yang cocok?” tanyaku
“Iya. Kan cocok itu denganmu. Kau
kan hitam”. Jawab Paman Handez Ranjiv dengan menahan tawa.
Rasa lucu di campur sedikit marah
namun hanya ku abaikan saja. Aku malah ikut tertawa mendengarnya seakan-akan
tidak ada rasa marah apalagi dendam dengannya.
“Ah, Paman bisa aja” sebuah
keplokan ke pipi Paman Handez Ranjiv yang ku lontarkan membuat nya kaget tetapi
ia tetap saja tertawa. Mereka saling
tertawa geli karena leluconnya.
Aku mulai melanjutkan pembicaraan
ku “Paman beli semua pakaian ini di mana ?”
Paman Handez Ranjiv menjawab
setelah ia berhenti tertawa geli tadi “ Hemm, kamu mau tahu aja. Apalagi nanti
kalau aku kasih tahu bahwa pedagang pakaian ini sangat cantik dan usianya
mungkin sebaya dengan mu”.
Aku mulai berpikir “ Apa mungkin
gadis yang aku lihat tadi ? “.
Ada perasaan senang juga gembira
yang menyelimuti hatiku. Seakan kata-kata hatiku dapat berbicara langsung
padanya saat aku mengenakan pakaian yang di jual nya itu. “ Apa mungkin aku
suka padanya ? , tidak mungkin. Aku
mungkin tidak di inginkannya”.
Hari semakin larut dalam kegelapan
malam. Bintang-bintang dan bulan muncul dan senyum kepada seluruh semesta.
Alangkah indahnya langit malam yang bertaburan berjuta-juta bintang yang
berkelap-kelip. Tidak ada yang bisa menciptkan keindahan ini selain Allah SWT.
Jauh di lubuk hatiku , aku merasakan ada hal lain yang membuatku khawatir pada
gadis yang kulihat tadi siang. Namun sejalan dengan khayalanku, aku mulai
terlelap dalam tidur dan terbang bersama mimpi-mimpiku.
Saat menjelang tidur, sang kakak
mendongengkan sebuah kisah petualangan kepada adik-adiknya. Dia sangat semangat
membaca dan menuturkan alur cerita dalam buku agar adik-adiknya memahami
ceritanya. Tapi seperti biasanya, saat di ending
cerita selalu saja adik-adiknya sudah tertidur duluan sebelum tahu akhir cerita
dalam buku tersebut.
Namun ini tidak biasanya, kedua
adiknya masih saja belum tidur hingga cerita selesai. Hal ini membuat kakaknya
bertanya-tanya “ Kenapa belum tidur juga , dik ? “
Adik yang paling kecil menjawab “
Aku kangen bapak dan mama , kak”.
DI susul dengan pertanyaan adik
yang paling besar “ Sebenarnya bapak dan mama kemana kak? Kok gak pulang-pulang
? kami rindu ingin bertemunya kak? “
Kedua adiknya tampak sangat
bersedih sekali. Wajah mereka terlihat sangat rindu kepada sosok kedua orang
tuanya. Memang saat setelah lahir adiknya yang paling kecil , di tempatnya
terjadi pemberontakan antara kaum muslim dan nasrani hingga menyebabkan kedua
orang tuanya meninggal dunia.
Sang kakak bingung harus menjawab
apa kepada kedua adiknya bahwa sebenarnya kedua orang tuanya telah lama
meninggal dunia dan tak akan pernah kembali lagi ke dunia. Walaupun begitu, dia
harus menjawab pertanyaan adik-adiknya agar membuat mereka lebih tenang dan
tidak memikirkannya lagi.
“ Bapak dan mama sedang pergi jauh
sekali , dik. Mereka pergi ke langit dan menjadi bintang-bintang di sana”.
Jawab sang kakak . Perlahan air matanya mengalir di pipinya saat ia menuturkan
kepada adik-adiknya.
“Akankah kami bisa bertemu dengan
mereka, kak? Hanya untuk sebentar saja”. Tanya adik yang paling besar.
“ Tentu. Jika kalian menutupkan
mata kalian dan mulai tidur!”. Sang kakak mengelus kening kedua adiknya secara
bersamaan.
Penuh kasih sayang si kakak merawat
adik-adiknya. Tangannya juga menghapus air matanya yang sempat mengalir di pipi
manisnya. Dan pikirannya mulai menerawang masa lalu saat dia masih kecil. Saat
itu dia sangat di sayangi oleh kedua orang tuanya. Dia mendapatkan segala
kebahagiaan saat itu yang tidak di miliki kedua adiknya sekarang. Maka dari
itu, dia menjadikan dirinya sebagai sosok seorang Bapak yang pekerja keras dan
Ibu yang menyayangi anak-anaknya. Beban itulah yang harus di laksanakan olehnya
untuk kedua adiknya.
Di sepertiga malam, tiba-tiba “
Kakak Randini ! Aku melihat bapak dan mama. Mereka sedang tersenyum padaku dan
mereka menggenggam tanganku”. Teriak si adik paling kecil. Teriakannya hanya
tehenti sampai di situ saja,
Si Kakak pun terbangun dari
tidurnya dan melihat dari mana sumber teriakan itu. Adiknya yang paling kecil
ternyata sedang mengigau. Matanya masih terpejam sedangkan mulutnya bersuara
gak jelas. Kemudian si kakak mencoba menenangkannya dan kembali tidur. Lain hal
dengan adik yang paling besar, dia tidak terpengaruh sedikitpun suara teriakan
tadi. Dia masih nyenyak dalam tidurnya.
Pagi-pagi sekali Randini sudah
bangun dari tidurnya. Sungguh ia merasakan dirinya kurang enak badan sebab
kurang tidur. “Kak , kakak kenapa? Kakak tidak sehat ya? Lebih baik kakak tidak
usah berdagang dulu. Besok saja ya kak! “ perintah si adik paling besar saat
dia mulai terbangun dan menatap wajah kakaknya yang pucat.
“Hem.., aku tidak boleh sakit. Aku
harus bekerja. Mau dari mana lagi uang yang ku dapat nanti jika aku tidak
bekerja untuk memberi makan kedua adikku”. Pikir Randini bingung harus
bagaimana.
Akhirnya dengan pendirian teguh,
Dia mulai menyusun barang-barang dagangan yang akan di jajakannya nanti. “Tidak
apa-apa kok dik. Kakak masih sehat. Kamu di rumah baik-baik ya. Kakak berangkat
dulu. Sarapan pagi ini sudah kakak siapkan di atas meja. Jaga adikmu ya. Kakak
berangkat dulu” Begitu pesan sang Kakak kepada adiknya yang sulung.
Walau agak pusing , tapi langkah
kakinya begitu lincah memikul dan menjinjing barang dagangan menuju pasar.
Pagi ini, aku tak tahu apa yang aku
lakukan bersama paman Handez Ranjiv. Mungkin dia akan mengajakku ke kota untuk
melihat beberapa pertunjukan gratis di sana. Sebelum menuju ke kota kami mampir
sebentar ke pasar untuk membeli cemilan
makanan pengganjal perut.
Langkah kami sedikit pelan saat
hampir tiba di depan pasar di karenakankan seseorang memikul barang yang banyak
di punggungnya sehingga menyebabkan dia sedikit lambat untuk berjalan di depan
kami. Langkanya pun mulai terseok-seok di tanah seakan mulai tak kuat untuk
memikul semua barang itu. Aku melihat kakinya mulai gemetar. Ku tatap mata
paman Handez tapi dia hanya cuek saja dengan kejadian itu. Aku merasakan ada
hal yang aneh pada dirinya dan tiba-tiba......
Gubrakkkk...
Clapp..
Ku peluk tubuh
mungilnya sebelum dia jatuh ke tanah. Aku kaget dengan kejadian itu, seakan aku
tidak percaya bahwa orang yang berjalan di depanku adalah wanita. Dan dia
sekarang jatuh pingsan di pelukanku. Gerakan refleks tadi tanpa ku sadari dan
tanpa ku duga-duga. Semua orang yang melihat kejadian itu tiba-tiba diam.
Suasana pasar yang ramai tiba-tiba sunyi sepi. Tatapan orang-orang mulai menuju
pada kami. Sejurus kemudian seseorang berteriak “ bagus aktingnya !”. Yang lain
pun ikut bertepuk tangan dan bersorak-sorak. Aku pikir mereka sedikit aneh. Ku
lihat paman Handez tidak menggubris kelakuan orang-orang tadi. Ia menuntun kami
pada tempat yang jauh dari keramaian.
Tibalah kami di sebuah pondok kecil
kosong berbentuk kios pasar. Di sana paman Handez menyembuhkan wanita itu
dengan segala cara obat yang di bawanya tetapi tidak mempan kepada wanita itu.
Dia juga belum bangun dari pingsannya. “Ahaa.. Aku ada ide paman!” tangan ku
mengambil sesuatu dari dalam tas punggung yang ku bawa tadi. Sebuah kaus kaki
yang mungkin sudah 2 bulan lamanya gak di cuci sejak kepergiaan ku dari afrika.
“Ini ide terburuk yang pernah ku lihat” kata paman Handez saat aku mengeluarkan
kaus kaki bau itu. Ya, ternyata ide ini berhasil. Wanita itu salngsung terbangun
dan bingung kenapa di sekelilingnya ada dua pria yang aneh berpakaian serba
putih. Yang satu berbadan tinggi putih bersih berseri dan yang satu lagi hitam
pekat ,berambut keriting, dan bertumbuh pendek.
“Siapa kalian ? “ tanya wanita itu
ketakutan melihat ke arahku.
Pikirku “apa yang di lihat wanita
ini ya? Kenapa dia ketakutan melihat kearahku”.
“Tenang. Kami di sini yang telah
menyelamatkanmu karena tadi kamu pingsan di pasar”. Jawab Paman Handez
menenangkan pikiran wanita itu.
Paman Handez menceritakan
kembali kronologis kejadian dari awal.
Setelah cerita selesai, aku
bertanya kepada wanita itu “Nama kamu siapa ? “
“Emmm..emm.. Nama ku
Ra....Ra....Randini” Jawabannya agak gugup dan takut.
“Kenalin Namaku........”
Belum sempat aku memberi tahu namaku
dia sudah lari meninggalkan kami.
Paman Handez tertawa geli melihat
aku yang dengan bangganya akan memberi tahu namaku pada wanita itu namun tidak
di gubris dan wanita itu langsung pergi begitu saja tanpa ada rasa terimakasih
sedikitpun terhadapku.
Sudah menjelang malam kakak dari
kedua adik itu tak kunjung pulang. Kepulangan sang kakak sangat di nanti-nanti
oleh kedua adiknya.
“Bang?” Tanya adiknya yang paling
kecil.
“Ya dik” balas abangnya.
“Kakak kemana ya ? kok gak
pulang-pulang ya? Perut aku sudah lapar”. Tanya adiknya merengek.
“Sabar ya dik. Gak lama lagi pulang
kok”. Jawab abangnya sembari mengaduk teh hangat untuk adiknya.
Di tengah perbincangan itu, Remaja
tanggung masuk ke dalam Rumah dengan menyapa “ Kakak Pulang” .
Semula wajah dua anak laki-laki
yang sangat gelisah tadi, kini menjadi ceria dan gembira mendengar sambutan
suara itu.
“Hehehe... kakak Randini pulang”
Senyum kecil adik sulungnya mengisyaratkan suatu hal. Kakaknya sudah mengerti
apa yang di pikirkan adiknya itu. Tapi wajah perempuan itu terlihat gusar dan
penuh kecewa sekali.
“Maafkan kakak dik. Kakak pulang
gak bawa makanan”.
“kenapa kak?” Adik sulungnya
sedikit kecewa dan penuh tanda tanya.
“Kakak jatuh sakit saat di Pasar
dan barang dagangan kakak belum ada yang terjual satupun”. Menetes air mata
menyesali perbuatannya itu.
“ Sudah kak. Jangan menangis. Kita
masih bisa makan Roti yang ku temukan di tong sampah dekat pasar tadi”. Adik
sulungnya mengusap air mata yang mengucur di pipi perempuan itu.
“Adikmu mana?” Tanya Perempuan itu
kepada adik sulungnya.
“Sedang berada di kamar minum
teh” Tunjuk adik sulungnya.
“Cepat panggil biar kita bisa makan
bersama” Perintah perempuan itu.
“Siap bos” Tangan di hormatkan
kepada perempuan yang berada di hadapannya.
Dalam keluarga yang harmonis itu,
Tanpa ibu, Tanpa ayah, dan tanpa sanak saudara siapapun. Namun wajah ceria dan gembira masih terlihat di antara kakak
dua beradik itu.
Saat mereka makan bersama,
Tiba-tiba dari depan rumah ada seseorang yang datang.
“Assalamualaikum. Permisi”.
Perempuan yang sedang makan bersama
adik-adiknya tadi kaget dan begegas bangkit dari duduknya dan menyahut sambutan
suara tadi.
“Wa’alaikumussalam”. Dia membukakan
pintu untuk si tamu.
Namun alangkah terkejutnya
perempuan itu melihat tamunya yang datang itu.
“Kalian ?” kaget tak menentu bahwa
tamunya itu adalah orang menyelamatkannya tadi di pasar.
“Iya”. Aku tersenyum lebar
menampakkan gigiku yang putih berseri dengan proporsi warna kulit pipiku yang
elegan menimbulkan ciri khas Jalanan Aspal pada zebra cross.
“Emmm...mmm... Maaf aku sedang
sibuk dan tidak ingin punya tamu ini malam. Selamat tinggal”. Perempuan itu
menutup pintunya tanpa memperdulikan tamunya
atau mempersilahkannya duduk terlebih dahulu.
“Tapi kami ingin mengembalikan
barang dagangan mu yang terjatuh di pasar tadi serta kami membelikan sedikit
makanan untukmu karena kamu kelihatan pucat sekali tadi. Tapi kamu langsung
nyelonong pergi tanpa berterimakasih terlebih dahulu kepada kami”. Cetus aku
menjelaskan semuanya kepada gadis itu dengan nada yang agak keras.
Perempuan itu hanya mendengarkan
dari dalam ruangan bualan lelaki hitam legam bak panci gosong itu.
Panjang lebar penjelasan ku tadi ,
Perempuan itu hanya menjawab “Taruh aja
semuanya di depan pintu dan cepat kalian pergi”. Nada perempuan itu
sedikit keras.
Rasanya begitu kecewa dan sakit
hati mendengar perkataan perempuan itu secara langsung. Dan tatapan ku
tertunduk ke bawah dan meletakkan semua yang ku jinjing di alas kaki depan
pintu.
Mereka pun kembali dengan
kekecewaan karena tak di hargai oleh perempuan itu.
Kekecewaannya tak pernah kunjung
henti , namun ia tetap mengikhlaskannya. Sampai di situ kah perjuanganya
laki-laki hitam legam itu untuk menyatakan perasaannya pada gadis perempuan
itu? Tunggu
cerita berikutnya , hanya di Cerita “Andaikan AKU SEORANG TERPELAJAR”.
Bersambung ......
Harrah's Casino & Resort – Hotel Review & Opening Hours
ReplyDeleteHere at Harrah's we'll be giving away $50 free for registered guests, plus 메리트카지노 a $50 cash bonus for additional guests! There are 선시티카지노 a total of 10 restaurants onsite at this