Novel : Kenangan Desember Bagian I
Pertemuan
Saroh dan Pak Jepang menimbulkan banyak masalah. Pak Jepang dan keluarga
merupakan keluarga yang harmonis. Tidak ada pertengkaran-pertengkaran
sebelumnya. Kedatangan Saroh sebagai pembantu yang ditemukan Pak Jepang di
jalan menimbulkan pertengkaran yang rumit diantara keluarga Pak Jepang sendiri.
“Jujur
! Ini kalung siapa!” Bentak Istrinya dihadapan Pak Jepang dan Saroh yang kala
itu Pak Jepang sedang menonton TV dan Saroh menghidangkan segelas teh hangat
kepadanya.
Sebagai
seorang kepala keluarga. Pak Jepang menenangkan Istrinya yang ditengah malam
membuat kegaduhan.
“Tolong
kecilin suaramu, Sayang. Anak kita lagi tidur”. Pak Jepang mendekap Istrinya
dan mencoba menenangkan emosi dari istrinya tersebut.
Akhirnya
sedikit demi sedikit Pak Jepang mampu menenangkan emosi istrinya tersebut. Dia
mulai menceritakan masa SMA nya yang sempat memberikan kalung liontin lapis
emas kepada cinta pertamanya. Dan mulai saat itu Pak Jepang mulai mundur jauh
dari cinta pertamanya tersebut serta memilih mengambil Universitas yang jauh
dari tempat tinggalnya. Cerita yang begitu klasik hingga membuat istrinya malah
tertidur pulas di bahu Pak Jepang. Perlahan Pak Jepang mengelus lembut rambut
istrinya yang tergerai disamping badannya.
Dulu
Pak Jepang merupakan orang yang cerdas di Sekolahnya. Ya sebenarnya bukan
termasuk orang yang cerdas. Tetapi karena giatnya dekat dengan banyak guru
membuat nilainya A. Herdi adalah seorang cowok yang lemah gemulai. Sikapnya
sangat konyol. Dia adalah teman akrab Pak Jepang. Walaupun sering kena bullying teman-teman sekelasnya Herdi
tak pernah yang namanya membuat rencana balas dendam. Begitu hebat hatinya
menahan rasa bullying tersebut yang
datang secara bertubi-tubi di kelas.
Suasana
kelas tampak hening tanpa Herdi karena tidak ada yang bisa di bullying. Satu lagi bernama Best ialah
manusia-manusia yang tertindas di kelas. Walaupun sering kena bullying dia merupakan tipe orang yang
gak berani melawan.
Pembicaraan
hangat mulai terasa ketika akhir tahun. Tepatnya Desember. Ini adalah hal
terbodoh yang Pak Jepang lakukan untuk hal yang tak bisa dipungkiri. Cinta
pertama membuat seorang Einsten bisa saja berubah menjadi pecundang di ribuan
badut-badut yang tertawa. Bahkan ada yang memberikan rasa salut tetapi lainnya
tertawa geli. Melihat kebodohan yang Pak Jepang lakukan.
“Berdirinya
aku disini ialah untuk memberikan sedikit hiburan yang mungkin sedikit berat
untuk kulakukan. Apa itu? Kalung ini akan menceritakan semuanya”.
Kalung
Liontin Lapis Emas bernamakan seseorang yang dipesan melalui pembelian Online.
Jeje kerap panggilan Pak Jepang masa SMA menabung lama untuk membelikan hal
ini. Pada dasarnya ini bukan seberapa. Hanya saja perjuangan untuk wanita yang
dikaguminya tidak berhenti cukup disitu. Dia membuat kesepakatan-kesepakatan
penting dengan gurunya. Untuk merencanakan hal yang sangat luar biasa tersebut
dia harus merelakan banyak pengorbanan. Terutama rasa malu dan canggung untuk
pertama kalinya dengan menatap wajah pujaan hatinya.
Lima
tahun berlalu, saat sudah lulus semua. Bahkan dulu yang sekelas saat SMA sudah
tak saling mengenal lagi dan sudah punya tujuan hidup masing-masing. Berkuliah,
Bekerja, Meneruskan usaha orang tuanya, Menikah, dan pindah ke luar negeri.
Tiba-tiba….
Sebuah
pesawat hilang kendali dan menabrak sebuah gunung di daerah Jawa akibat kabut
kebakaran yang tebal. Beberapa menit setelah kejadian.Tim SAR mendapatkan
laporan dari atasan langsung bergegas menuju lokasi dan mengevakuasi korban. Hasilnya
nihil. Tidak satupun yang terselamatkan. Bongkahan-bongkahan badan pesawat pun
hancur berkeping-keping tiada sisa. Beberapa mayat korban tak ditemukan sama
sekali. Seorang Tim SAR berteriak keras.
“Toloooong!!!
Ada korban masih pingsan di balik pohon ini. Ayo segera bantu! Tim Medis segera
kesini. Cepat!!!. Perintah salah satu Leader Tim SAR. Seorang gadis cantik
terbujur pingsan di balik rerimbunan pohon. Keningnya berdarah. Pertolongan
pertama dilakukan Tim SAR dan membawanya ke Unit Medis terdekat. Akhirnya gadis
itu terbangun dari pingsannya. Kecelakaan pesawat yang dialami membuatnya lupa
dengan nama aslinya. Disampingnya masih berdiri sosok lelaki tinggi memakai
kaos berwarna Oranye. Matanya masih sayup-sayup untuk memfokuskan laki-laki
tersebut. Sosok itu segera bergegas meninggalkannya.
“Tunggu”.
Gadis itu menangkap tangan lelaki itu yang hendak pergi meninggalkannya.
“Maaf
Mba, saya masih harus bertugas” laki-laki itu melepaskan genggaman erat gadis
itu dan pergi meninggalkannya.
Setelah
pulih dari sakitnya dan semua biaya administrasi sudah ditanggung oleh
pemerintah. Namun dia masih lupa ingatan dan lupa akan nama, sanak keluarga dan
tempat tinggal. Kata dokter jaringan otaknya akan pulih setelah masa satu tahun
pemulihan. Atas usul perawat gadis itu, akan diberi nama dengan nama Saroh
sesuai nama anaknya yang meninggal akibat keguguran dahulunya.
Perjalanan
demi perjalanan, dan beberapa hari hidup di Jalanan dan bertahan dari sisa uang
saku yang ada di kantong, Saroh si gadis cantik sampai pada kota Bandung. Dia
duduk bersandar pada kursi dekat masjid alun-alun kota Bandung. Kemudian
seorang lelaki menghampirinya.
“Sendirian
ya Neng? Kunaon atuh neng? Kelihatannya bersedih”. Lelaki itu langsung duduk
disampingnya.
“Ga
apa-apa. Cuma bingung saja. Kenapa aku selalu sendiri di dunia ini. Tidak ada pekerjaan,
teman ataupun keluarga yang bisa menjadi tempatku bercerita dan mengungkapkan
bahwa aku ini siapa”. Keluh kesah gadis itu dilampiaskan pada lelaki yang baru
dikenalnya tersebut.
“Ayo
ikut Aa’ aja Neng. Kerja di Rumah Aa’. Tapi Neng nanti sudah Aa’ anggap
keluarga walaupun status Neng adalah pembantu Aa’ di rumah.” Ajak lelaki itu
dengan menyodorkan tangannya dan merangkul genggaman si Eneng.
Menaiki
mobil Honda Jazz putih melaju bersama anaknya bernama Dino pulang kerumah. Dino
juga disuruh berkenalan dengan perempuan yang duduk disebelah Bapaknya.
“Dino
ayo berkenalan dengan Tante disebelah”.
“Iya
pak”.
“Kenalin
Dino, Tante”. Anak berusia 3 tahun tersebut langsung memberikan jabat tangan
kepada Neng tersebut.
“Nama
Tante ialah Saroh”. Jawab gadis cantik yang duduk disebelahnya.
Tidak
lama kemudian mobil sampai pada garasi depan rumah Pak Jepang. Semua penumpang
turun termasuk Pak Jepang sendiri. Dia mempersilahkan Saroh masuk ke rumahnya
yang memiliki halaman luas dan teras keramik. Didalam, Istri dari Pak Jepang
tengah menunggu kepulangan suami dan anaknya di atas sofa merah sambil menonton
TV.
“Sayang,
Siapa perempuan itu?” Tanya Istri dari Pak Jepang sambil berdiri dari duduknya.
“Dia
pengganti Mbok Imah.” Jawab Pak Jepang dan menyuruh Saroh berjabat tangan
dengan Istrinya.
“Saroh,
kenalkan. ini adalah istriku. Tolong segala pekerjaan rumah tangga kamu urus
ya”. Perintah Pak Jepang dan memperkenalkan seluruh isi ruangan dan kamar tidur
Saroh.
“Baik.
Tuan.” Jawab Saroh menundukkan kepala.
“Jangan
Panggil Tuan. Panggil saja Aa’ Jepang”. Bisik Pak Jepang tanpa sepengetahuan
istrinya.
Akhirnya
Saroh terpilih menjadi pembantu Pak Jepang. Dari sekian banyak kontestan yang
ingin menjadi pembantu Pak Jepang dengan gaji 2 juta per bulan.
Sebulan
bekerja dengan Pak Jepang pun berlalu dan dia menerima gaji pertamanya.
Sehari-hari dilalui seperti biasa. Dimana Pak Jepang dan Saroh serta keluarga
besar Pak Jepang hidup tenang dan bahagia.
Tiba-tiba
kabar dari Tim SAR mengabarkan Pak Jepang untuk segera bergegas menuju TKP. Dan
melakukan SAR ulang tempat kecelakaan pesawat 4 bulan yang lalu di daerah
pegunungan di daerah Jawa Barat. Sebagai kepala Tim SAR Pak Jepang wajib ikut
serta melakukan SAR ulang di TKP.
Sesampainya
disana. Pencarian korban dilakukan ulang akibat laporan petani desa sekitar
satu hari sebelumnya mengenai penemuan satu buah koper besar berisi pakaian tak
jauh dari jatuhnya pesawat.
“Menurut
bapak. Apa saja yang bapak temukan dalam koper tersebut? Adakah identitias
mengenai korban di dalam koper yang bapak temukan?” Tanya pak Jepang dengan
mengeluarkan secarik kertas data SAR.
“Tak
ada pak. Cuma kolor dan kolor. Mungkin korbannya adalah pedagang kolor.” Sahutnya
dengan memikul pacul di bahunya kemudian Pak Jepang ditinggal oleh petani tersebut.
Pencarian
ulang dilakukan oleh 25 tim SAR yang bergerak menuju titik-titik yang sudah
dilaporkan yang disebut juga Karvak SAR. Dengan menggunakan pola yang sesuai
dengan medannya dan akhirnya menemukan sebuah daypack (tas punggung) tertimbun batu-batuan gunung.
Tas
yang berwarna merah dengan garis-garis putih disampingnya dilengkapi gantungan
doraemon yang sudah hangus terbakar sebagian.
“Wooow….
Dora the Explorer!” teriak salah satu anggota SAR.
“Bukan
ujang. Itu namanya Dorayaki. Eh, Doraemon”. Jawab Pak Jepang dan mengambil
barang bukti untuk di evakuasi dan di cek isi tas tersebut. Sebuah charger HP,
Dompet, Identitas KTP, Card Credit, Buku Nikah, dan satu set alat make-up serta
beberapa pakaian ganti.
Beberapa
kartu identitas sudah terbakar dan tidak dikenali pemiliknya maka dari itu
beberapa identitas harus dilakukan uji lab untuk diketahui kebenarannya.
Pekerjaan
itu sangat memberatkan sehingga membuat Pak Jepang pulang larut malam dari
pekerjaannya. Namun Saroh belum tidur dan siap sedia menghidangkan kopi hangat
dan air hangat untuk mandi Pak Jepang. Istri Pak Jepang dan anaknya sudah tidur
terlelap di kamar tidurnya.
“
Aa’ Jepang belum ngantuk?” Tanya Saroh dan menaruh segelas kopi hangat untuk
Pak Jepang.
Slrruuuup….
Sambil
menyeruput air kopi hangat “Belum Neng. Masih memikirkan pekerjaan”. Jawab Pak
Jepang dengan menggaruk-garuk sedikit kepalanya yang tidak gatal.
Saroh
berpamitan langsung kepada Pak Jepang untuk tidur duluan “Aa’ Saroh pulang dulu. Kalau ada yang diperlukan ketuk
pintu kamar Saroh saja”. Dan pergi meninggalkan Pak Jepang yang sedang santai
di depan TV ruang tengah.
Pak Jepang kembali mengingat masa lalu di kala zaman SMA,
Jeje kerap di panggil teman-temannya. Orang dengan memiliki banyak kebodohan
dan kuper mengenai cinta tapi selalu di mintain solusi tentang cinta kepada
teman-temannya. Dia kembali mengingat sejarah Keke yang dulu pernah
dilupakannya sampai 5 tahun setelah perkuliahannya menginjak semester 5. Keke
adalah istrinya sekarang saat ini.
Lika-likunya
saat ini membawanya sukses atas berkat niat, usaha dan doa serta restu kedua
orang tua. Pak Jeje juga memiliki guru bernama Gustina salah satu orang yang
menyukseskan misi Pak Jeje diakhir masa pendidikan SMA.
Setelah
memiliki pekerjaan tetap, panggilan Jeje pun pudar berganti dengan Jepang.
Pagi
itu, Pak Jepang mulai teringat dia harus masuk kantor lebih awal untuk evaluasi
kerja tim IT yang di pimpinnya. Walaupun bukan ahli IT , Pak Jepang tetap berusaha
memahami dan belajar mengenai ilmu IT. Pentingnya teknologi tahun 2030
sangatlah membawakan keberuntungan di dunia pekerjaan. Mereka yang hanya duduk
didepan komputer saja dapat menghasilkan uang tanpa harus keluar rumah.
Kecanggihan ini sangatlah efektif dan efisien sehingga model lama seperti
bekerja aktif di kantor selama 8 jam akan banyak ditinggalkan beberapa orang.
“Pak Jepang dari sekian bulan lamanya baru kali ini kelihatan ya?” tanya salah
satu karyawannya ketika mereka kaget melihat Pak Jepang sudah didepan pintu
ruang IT.
“Eh…
Pak Jepang” Cengar-cengir gak karuan salah satu karyawan telat.
“Prengass….Prengosss!!!”
Pak Jepang goyang-goyang kaki diatas meja dan tatapan mata melihat jam tangan
menunjukkan 8.05 WIB. Artinya karyawan telat 5 menit.
“Tahu
artinya kalau telat?” Pak Jepang mengarahkan pembicaraan kepada sanksi yang
sudah ditentukan.
“Tahu
pak. Saya akan mentraktir bapak makan cilok pedas di warung sebelah kantorkan
pak?” Karyawan tersebut grogi bukan karena takut uangnya habis. Tapi kebiasaan
Pak Jepang kalau makan cilok kepedasan dia akan mengeluarkan cilok tersebut
kembali ke piring dan menyuruh karyawannya untuk memakan cilok tersebut.
“Ingatloh
ya. Kita sebagai manusia tidak boleh mubazir. Apa yang ada harus di nikmati dan
di syukuri” jawab Pak Jepang yang tersenyum kecil melihat karyawan yang telat
tersebut berjuang menahan rasa muntah.
Setelah
kegiatan evaluasi kinerja, Pak Jepang melihat kembali dasbor mobilnya. Sebuah
liontin lapis emas bertuliskan nama seseorang. “Ah… mungkin dia sudah melupakan
semua kenangan ini”. Batin Pak Jepang dan mulai menghidupkan mesin mobilnya.
Sampai
di rumah, Pak Jepang disambut Saroh, Istri dan anaknya. “Pa…. Dino pengen main
ke pantai sama ibu. Ayo kesana, Pa.” Bujuk Dino kepada ayahnya.
“Iya,
Anakku. Tapi sama tante Saroh juga ya. Kasihan kalau ditinggal sendiri di
rumah” Mereka mulai berkemas dan mempersiapkan hal yang diperlukan untuk di
pantai.
Sore
itu juga mereka berempat pergi ke Pantai di daerah Jawa Barat. Saroh tidak
hanya memiliki ahli pembantu tetapi juga mengasuh anak kecil. Dia pintar
mengurus Dino yang terbilang sangat butuh perhatian. “Pak Jepang dan Bu Keke
duduk di bagian depan mobil sedangkan aku dan Dino duduk dibelakang sambil
mengajari Dino membaca dan menulis. Mereka tampak sangat romantis.” Batin
saroh. Tampaknya ada keinginan Saroh untuk menikah tapi dia belum bisa
mengingat apapun. Ingatannya belum normal kembali. Sebulan sekali kadang dia
mengecek ke Dokter dan katanya masih butuh 2 bulan lagi untuk mengembalikan
seluruh ingatan Saroh. Akhirnya Saroh pasrah dengan keadaannya saat ini. Selama
dia masih bekerja dengan Pak Jepang dan Bu Keke, hidupnya akan aman dan tidak
terlantar.
“Sayang…”
sapa Bu Keke romantis kepada Pak Jepang
“Ya
?” Jawab Pak Jepang datar
“Ingat
lagu ini ga ‘Kemesraan ini….. Janganlah cepat berlalu’ aku pengen diputar lagu
itu dong”.
“Oke…
Ratuku. Lagu diputar”.
Disepanjang
perjalanan mereka lagu itu memberikan suasana yang sangat roman kepada
keduanya. Saroh juga ikut bahagia dan sedikit tertawa lucu ketika Pak Jepang
menyanyi sambil memasak mimik wajahnya jelek tak seperti biasanya. Keakraban
baru mulai terjadi kepada Saroh. Posisinya mulai dihargai didalam keluarga
tersebut. Dia merasakan dirinya bukan hanya pembantu. Tetapi lebih dari
keluarga besar.
Sampai
di pantai mereka membangun camp yang lumayan jauh dari bibir pantai. Dino dan
Saroh asik memainkan pasir dan air pantai. Kadang Saroh mengajarinya membuat
rumah pasir dan membantunya mencari keong. Hubungannya seperti anak dan ibu.
Tapi Keke tak merasa iri kepada Saroh. Dia malah senang ada teman Dino yang
terkenal dengan sifat manja dan cengengnya.
Sedangkan
Pak Jepang dan Bu Keke duduk dekat berdirinya camp dan menggelar matras.
Sedikit Pak Jepang memulai pembicaraan “Keke.. kamu kangen ga masa-masa kita
pacaran dulu”. Keke langsung bales jawab
tanpa basa-basi“Apa pulak! Kau aja jarang main ke rumah. Motormu dulu kan motor
odong-odong. Sekali pakai langsung mogok”.
Tanpa
memberikan kesempatan menjawab untuk Pak Jepang , Bu Keke melanjutkan ceritanya
kembali “Terus selama 5 tahun menghilang kamu kemana aja. Tanpa kabar , tanpa
kata, tanpa cerita kita hidup seperti asing. Kau tahu gak Je, aku tuh kangeeen
kali sama mu dulu. Pengen ku sentil ginjalmu”. Bu Keke sambil nyerocos juga
pasang wajah cemberut di depan wajah Pak Jepang yang serius menatap Bu Keke
bercerita.
Bu
Keke akhirnya diam sejenak dan Pak Jepang mulai masuk pembicaraan “Hanya saja
aku tidak mau selama 5 tahun itu aku berjuang membangkitkan nama organisasi dan
memulai wirausaha serta membangun nama perusahaan dengan sendiri ‘No woman No
cry’. Aku tidak mau kau melihat luka mudaku. Aku hanya ingin kau melihat
bahagia setelah bersamaku”.
Sedikit
perlahan hati Bu Keke mulai tersentuh dan air mata menetes dari pelupuk
matanya. Pak Jepang melanjutkan pembicaraan “Dan setiap kali dalam Doaku
hanyalah ‘Temukan aku kepada orang yang tepat Ya Rabb’. Ternyata yang tepat
adalah kamu”. Dan Pak Jepang mengusap air mata yang perlahan menetes ke pipi Bu
Keke dengan tangan kanannya.
“Bolehkah,aku
bersandar di bahumu?” Tanya Bu Keke.
“Silahkan.
Dan ayo kita nyanyikan lagu Sheila On 7.” Jawab Pak Jepang.
Akhirnya
Bu Keke bersandar di bahu suaminya. Dan mereka menyanyikan Lagu Sheila On 7
bersama-sama.
“Oh
iya. Aku bawa gitar dan aku juga udah bisa main gitar loh”. Jawab Pak Jepang
mengambil gitar didalam tenda.
Dan
mereka berdua bernyanyi riang bersama di bibir pantai serta senja yang sedikit
demi sedikit mulai termakan oleh waktu. Hanya menyisakan berkas cahaya oranye
yang timbul mewarnai air pantai.
Pagi
hari, Pak Jepang memulai aktivitasnya seperti biasa dan Bu Keke juga bekerja
sebagai Direktur Keuangan di sebuah Bank Nasional. Dino juga sudah mulai aktif
sekolah TK kecil tentunya setelah diantar oleh ibunya. Dia bukan anak yang
manja. Sejak kecil dia sudah diajarkan untuk mandiri dan tidak cengeng dalam setiap
keadaan.
Semua
keluarga Pak Jepang sedang melakukan aktifitas diluar. Di rumah hanya ada Saroh
seorang diri. Dia selalu membersihkan setiap sudut ruangan rumah yang memang
terbilang sangat luas hanya seorang diri. Wanita yang tak pernah mengenal lelah.
Tapi beliau bukanlah robot.
“Hemmmm..Uhhhhh”
Membasuh dahi yang sedang berkeringat.
“Akhirnya
pekerjaanku sudah selesai. Tapi tunggu….” Saroh berkeinginan membersihkan
ruangan yang ada di dekat ruangan gudang. Namun pintu itu terkunci rapi.
Sekalipun dia tak pernah membersihkan ruangan itu. Hal aneh ini belum pernah ia
bicarakan kepada majikannya. Takut kena marah. keinginan semakin kuat dan akan
ia bicarakan nanti malam kepada Pak Jepang.
Malam
harinya, Pak Jepang yang sedang duduk santai di dipan teras rumah sambil
melihat terangnya bintang. Tiba-tiba Saroh masuk ke ruang lingkup renungan Pak
Jepang yang sedang santai. “Aa’ , Saroh mau tanya?” gugup gemetaran. “Ya? mau
tanya apa?” jawaban santai lepas dari mulut Pak Jepang. “Soal ruangan yang
dekat pintu gudang itu dalamnya apa? Kok Saroh ketika ingin membersihkan
ruangan Cuma ruangan itu saja yang tidak boleh dibersihkan?” Seketika ekspresi
Pak Jepang berubah jadi murung dan sedikit cemberut. Kemudian berdiri dari
tempat duduk santainya dan pergi meninggalkan Saroh tanpa menggubris
pertanyaannya tersebut.
Saroh
merasa sangat bersalah. “Apa yang kulakukan Ya Allah. Apa aku salah bicara?
Harusnya aku tidak membicarakan hal ini”. Batinnya merasa sangat galau dan
merasa sangat bersalah.
Pagi
hari berjalan seperti biasa namun ekspresi Pak Jepang tetap saja seperti itu.
Beliau menjadi tipe orang yang pendiam dan tidak banyak omongan. Namun hal ini
hanya dilakukan kepada Saroh saja. Kepada keluarganya tetap biasa saja sampai akhirnya pembicaraan yang tidak enak
terlontarkan dari Pak Jepang.
“Aa, kenapa Aa’ diam saja dan sering tidak menyapa saya
lagi? Setiap kali saya membuatkan teh hangat Aa’ tentu jawaban yang saya dapat Cuma
“Hem..Hem...Hem” Tanya Saroh dengan sedikit bercanda.
“Mulai sekarang jangan panggil saya Aa’ lagi. Kamu bukan
siapa-siapa saya. Seharusnya kamu beruntung sudah saya pungut dari jalanan. Kamu
jangan tanya soal kamar yang aku rahasiakan. Hanyalah aku yang mengerti kamar
itu” Marah Pak Jepang di hadapan Saroh yang kala itu sedang menghidangkan teh
untuknya.
“Maaf Pak Je. Saya salah. Sepertinya saya harus berhenti
menjadi pembantu rumah tangga disini. Saya memang gak cocok bekerja disini. Saya
hanya menggangu kehidupan rumah tangga Pak Je. Saya minta maaf. Saya pamit
siang nanti” Penjelasan Saroh membuat Pak Jepang terpukul. Walaupun baru 4 Bulan
3 Minggu 6 Hari 20 Jam 12 Menit 33 Detik bekerja di rumah Pak Jepang namun dia
sudah membuat dino sangat akrab padanya.
“Tapi...” Pak Jepang sedikit menahan tindakannya.
“Tidak pak. Mungkin saya akan lebih baik keluar dari
pekerjaan ini dan mencari pekerjaan yang lebih baik lagi dan mencari uang lebih
banyak agar saya bisa pulang ke kampung” Kata Saroh dengan mimik ekspresi
sedikit kecewa.
“Bukan begitu, Uang saku dan uang bulanan buat kamu belum
saya kasih loh. Kamu masih mau pergi dari sini? Sayang loh. Tinggal 3 jam lagi menunggu maka kamu dapat
uang bulanan dan uang saku” Jawab Pak Jepang saat ikut membantu memasukkan
pakaian kedalam koper Saroh.
“Yaudah deh pak. Saya tunggu 3 jam lagi” Saroh sedikit
tersenyum.
“Nah gitu dong. Itu namanya pembantu yang baik kepada
tuannya” celoteh Pak Jepang dan mengelus rambut Saroh perlahan.
Hal itu membuat Saroh sontak kaget karena baru kali Pak
Jepang menyentuh dan mengelus rambutnya.
Pak Jepang menambahkan “coba kamu siapkan saya air hangat
untuk mandi. Saya merasa gerah hari ini. Kamu kan masih tergolong pembantu saya
disini selama 2 Jam 49 Menit”. Perintah Pak Jepang yang saat itu tengah rebahan
di kasur Saroh setelah mengemas pakaian.
“Ya pak. Segera dilakukan” Saroh langsung bergerak ke
Kamar Mandi dan menyalakan kran air hangat untuk mandi Pak Jepang.
“Sudah terisi penuh, Pak!” teriaknya dari pintu kamar
mandi.
Pak Jepang bergerak menuju suara tersebut. Apa yang
dilakukan Pak Jepang selanjutnya? Dia tidak jadi mandi. Karena dia hanya gerah
dan pengen minum es di kulkas.
“Sebaiknya kamu saja yang mandi” perintah Pak Jepang setelah
meneguk air es dalam botol mineral.
“Loh kok saya, Pak?” Saroh bingung maksud dari tuannya
yang memang sedikit rada gila makanya itu dia bosan.
“Kamu kan belum pernah mandi menggunakan air hangat
keluarga. Mandi kamu selalu pakai air dingin seperti sifatmu. Yaudah sekarang
cobain untukmu” perintah Pak Jepang di depan Saroh.
“Iya Pak. Segera saya lakukan” Jawab Saroh mengikuti perkataan
Pak Jepang.
Setelah semua beres dan Saroh sudah berdandan rapi. Di kumpulkanlah
keluarga Pak Jepang yaitu Bu Keke dan Dino.
Saat tengah berhadap-hadapan antara keluarga Pak Jepang
dan Saroh di teras rumah.
“Dino pasti ga kangen kan kalau Bibi Saroh pergi?” Tanya
ibunya.
Dino hanya geleng-geleng.
“Kamu sayang? Pasti ga kangen kan?” Tanya Istrinya.
Pak Jepang juga menggeleng-geleng kepala
“Yaa ... Kagaklah!” mencondongkan kepala.
Saroh sedih ternyata di keluarga Pak Jepang dia bukanlah
apa-apa. Maka dari itu langkahnya pasti untuk meninggalkan rumah mewah ini
mencari pekerjaan lain yang menurutnya pas.
Tiga jam telah berlalu cepat, uang saku dan uang bulanan
Saroh diberikan juga kepadanya. Dan akhirnya Saroh benar-benar meninggalkan
rumah itu.
Saroh jadi minggat kagak sih?
Baru 10 langkah dari teras rumah tiba-tiba Pak Jepang dan
Dino merengek keras kearah Saroh.
“Jangan tinggalin kami” teriak Pak Jepang dan Dino.
“Kalau kamu libur dari pekerjaan kamu. Mampirlah ke rumah
untuk silaturahmi. Kami tetap merindukan mu”. Teriak Bu Keke kepada Saroh yang
kala itu menghentikan langkahnya sejenak dan sedikit menoleh kebelakang.
Baru 20 langkah dan hampir mengurangi perjalanan teras
yang masih 50 langkah lagi teriakan Pak Jepang kembali bersuara.
“Kenapa tidak besok saja kamu berhenti bekerja?” Teriak
Pak Jepang sangat keras.
Saroh sempat menoleh kebelakang dan memutar balikkan
badannya.
“Kamu kan belum dapat sertifikat pembantu terlama di keluarga
Pak Jepang. Lumayan loh terbaik ke-6 dari 1229 peserta yang hadir dan gagal pada
saat itu”. Teriak Pak Jepang meyakinkan Saroh.
Saroh kembali lagi kehadapan keluarga Pak Jepang dan
menerima ajakan Pak Jepang kembali untuk menunggu sertifikat besok.
“Lumayan loh. Buat masa depan sertifikat tersebut. Jarang-jarang
ada yang selamat pulang jadi pembantu di rumah Pak Jepang.Paling tidak mereka
mendapat sertifikat terbaik menjadi pembantu dan pulang membawa kesuksesan” rayu
Pak Jepang metode buaya kasat mata.
Saroh mulai tertarik dan ingin menuggu besok. Selagi menunggu
dia tetap harus bekerja di rumah Pak Jepang selama 24 jam. Ibaratkan lembur
kerja dan lembur ini bukanlah hal sepele di rumah Pak Jepang, dia bebas
mendapatkan fasilitas gantungan kunci, seminar kit, survival kit, kit-kit
lainnya dengan bonus teman yang baik dan uang saku +200 ribu serta bonus trofy
laga juara pembantu tingkat nasional.
Ini hanyalah usaha Pak Jepang agar Saroh gak jadi
minggat. Tapi usaha fotocopy Pak Jepang kian lama kian bangkrut. Dan prospek
penjualannya menurun, alhasil trofy dan seperangkat temen-temen lainnya di
pindah alihkan ke tangan temennya, James Husmen.
James Husmen sebenernya hanyalah agen pemasaran dari
fotocopy Rasa Sayange. Dia bertemu dengan Pak Jepang saat makan bakso di
pinggir kali ciliwung waktu itu dan bertukar kontak Whatsapp karena tak sengaja
Pak Jepang lupa bawa uang tunai dan memakai uang James Husmen untuk bayar bakso
semangkoknya.
Perkenalan itu membuat Pak Jepang selalu dihantui Story
Whatsapp James Husmen dengan mesin fotocopyan dan seluruh pegawainya yang menggunakan
robot untuk bekerja.Katanya itu lebih terkenal cepat dan efektif serta efisien
di seluruh antero jagat karena bisa via bluetooth dan tekan tombol di hp pengunanya.
Setelah James Husmen menerima orderan Pak Jepang. Dia langsung
mengerjakannya secara lambat karena tahu Pak Jepang akan melakukan Cash bond
lagi seperti bakso tempo lalu yang dibayarnya secara nyicil.
Hal ini tentu akan membuat Saroh lama bekerja di rumah
Pak Jepang. Semestinya dia harus sudah keluar dari pekerjaannya tersebut besok
hari. Tetapi sebenarnya Saroh tidak ingin meninggalkan terlalu cepat kenangan
ini. Apalagi keluarga Pak Jepang telah membuat dirinya makin ga jelas siapa sosok
pribadi sesungguhnya. Saroh ingin sekali kembali kepada keluarganya dan
mengingat siapa sosok dirinya.
Saroh itu siapa
ya?
Dibalik sosok sepinya, Saroh selalu menangis dalam sholat
dan doanya. Dia selalu ingin dipertemukan dengan keluarganya. Dia benar-benar
lupa tentang sosok aslinya dan asal-usulnya. Semua kecelakaan yang dialaminya
membuat pendarahan di otaknya membuat beberapa memori tentangnya hilang
sementara.
Malam ini tidur terlalu lelap sehingga lupa untuk melepas
mukenanya. Tiba-tiba sosok bayangan tinggi besar mendekati tempat tidur dan
mengelus kepalanya “Suatu saat kamu akan tahu siapa dirimu sebenarnya”.
“Apa!” Saroh langsung terbangun dan dilihatnya sosok itu sudah
lenyap seakan-akan ini hanyalah mimpi.
Dia mulai sedih dengan nasib dirinya. Dia tidak mempunyai
satupun barang yang mampu mengingatkan ingatannya pulih kembali.
Hari kedua, setelah seharian bekerja keras di rumah Pak
Jepang. Saroh selalu kecapekan ketika malam hari sehingga setelah mengerjakan
Sholat malam ia tidur dengan menggunakan mukena kembali. Seperti hari sebelumnya,
sosok bayangan tinggi itu mulai masuk dalam kamarnya dan menaruh sesuatu diatas
kasurnya tepat disamping tempat tidurnya.
“Apa itu!!!” Sontak kaget Saroh dan melirik kearah pintu
kamar. Tidak ada siapa-siapa dan pintu tetap tertutup rapat seperti sebelumnya.
Benar. Disampingnya ada benda yang mungkin akan membuat ia
tahu akan siapakah sosok dirinya.
“Mah. Bibi Saroh kok selalu teriak-teriak sih dikamarnya”
Tanya dino yang kala itu juga ikut terbangun mendengar teriakan Bibi Saroh.
“Oh. Bibi Saroh ngingau lagi nak. Seperti kemarin.” Jawab
ibunya dan menyuruhnya tidur kembali.
Pak Jepang tidur sangat pulas sekali seakan-akan tidak
ada yang membuatnya terganggu dengan teriakan Saroh ataupun lainnya. Hal itu
membuat tak enak Bu Keke membangunkan suaminya yang terlelap.
So? Siapa yang masuk dalam kamar Saroh? Dengan sosok
bayangan tinggi?
Subuh telah tiba..
Sebuah kalung liontin nama mengingatkannya pada seseorang.
“Bang Je?” bayangan itu tampak senyum dibenak pikiran Saroh.
“Tidak. Ini tidak mungkin. Tentu ini hanya ilusi” Ia coba
ke belakang cuci muka dan kembali lagi ke kamar dan memeriksa kasurnya.
Kalung itu masih ada dan terjuntai didekat bantal tidurnya.
Ia heran, dan sedikit demi sedikit pikirannya mulai terbuka kepada masa lalu.
Saroh merupakan gadis yang tinggal tak jauh dari jalan
lintas. Orang tuanya membuka usaha pertokoan kelontong di rumahnya sendiri. Setiap
hari ketika SMA dia selalu berdua dengan kakaknya yang memiliki keterbelakangan
mental sehingga membuat posisi dia dan kakaknya berada pada kelas yang sama
walaupun umur mereka terbilang berbeda 2 tahun. Rasya Putri Dewi namanya kerap
disapa Rasya. Tentu nama yang bagus seperti orangnya yang cantik jelita dengan
sedikit berdarah batak.
Bang Je merupakan sosok yang pemalu dan pendiam di
sekolah. Dia memiliki kelebihan pintar dalam belajar. Semua orang banyak yang
mencontek kepadanya. Dia gak pernah dekat ataupun berpacaran dengan cewek. Sifatnya
adalah pekerja keras dan jarang kumpul-kumpul di kala malam hari. Kesehariannya
adalah membantu orang tuanya mengurusi ternak kambingnya di ladang.
Aku adalah Saroh. Memiliki nama lengkap asli Rasya Putri
Dewi tinggal di Medan. Yang membuatku semangat ialah ketika aku mendapatkan
tawaran kerja di Jakarta setelah lulus kuliah di bidang Manajemen dengan fokus
di Manajemen Pemasaran dan langsung melakukan penerbangan menuju Jakarta. Ketika
memasuki pulau jawa pesawat sempat hilang kendali karena menabrak awan colombus
dan pilot memberi saran agar penumpang tetap tenang karena hanya kecelakaan
kecil dan bisa normal kembali. Harusnya 25 menit lagi sudah sampai landasan Jakarta.
Namun pesawat mengalami kerusakan tiba-tiba mesin pesawat terhenti dan rusak. Menyebabkan
pilot hilang kendali dan terjun dengan cepat kebawah, menabrak sebuah bukit dan
mengahantam ketanah. Tentu siapapun penumpang tidak akan selamat namun satu orang
cantik jelita telah selamat dan jatuh masuk kedalam lebatnya pepohonan dan
tersungkur di dekat pohon besar yang melindunginya dari ledakan pesawat. Dia ditemukan
oleh regu SAR dan di evakuasi dan dilakukan penanganan pertama dengan cepat.
Seorang pria bertubuh tinggi menghampiri keberadaannya
dan melakukan ASNT dari ujung kepala hingga ujung kaki. Detak jantungnya masih
normal hanya saja agak berdetak cepat karena rasa khawatirnya yang tinggi.
“Alhamdulillah. Dia masih hidup. Ayo cepat dibawa
ke medis dengan cepat ya. Tolong semua regu membawanya. Saya akan mencari
barang bawaan korban yang tercecer”. Perintah kepala SAR kepada regunya.
Tiba di rumah sakit, Rasya Putri Dewi langsung ditangani
dengan cepat oleh dokter. Beberapa jam akhirnya wanita itu sadar kembali dan
melihat samar-samar pria bertubuh tinggi itu disamping. Pria itu menjelaskan
suatu hal yang belum bisa dinalarnya secara jelas.
“Barang bawaan mu untuk.. se...men....ta... bla..bla....
sa..... bla..bala tar... di kan.... bal..bla..SA...
ya...” Kemudian laki-laki itu meninggalkannya dan menitipnya kepada suster yang
merawatnya.
Kecelakaan pesawat 6 bulan yang lalu membuat ku sempat
kehilangan ingatanku. Kemudian aku dinamakan Saroh oleh perawat karena memang
aku tidak tahu sama sekali tentang diriku. Dokter bilang aku telah diselamatkan
oleh sosok pria tinggi yang mana dokter juga lupa namanya. Semua biaya berobatku
sudah dibayarkan olehnya dan juga diberikan biaya untuk kehidupanku sehari-hari
hingga aku bisa datang ke tempatnya suatu hari nanti.
Dokter juga berpesan suatu hari ingatanku pasti kembali lagi.
Setelah bebas dari rumah sakit di sekitar kota bandung, akhirnya aku piih
tempat alun-alun kota bandung yang dikenal sae pisan. Aku berjalan-jalan
sambil mencari jati diriku. Aku benar-benar lupa siapa aku. Dan seketika itu
aku mulai pingsan dan tidak sadar lagi.
Bersambung......
0 Response to "Novel : Kenangan Desember Bagian I"
Post a Comment